Jumat, 17 Januari 2014

PROKONTRA PENUTUPAN TERMINAL LEBAK BULUS


·         Prokontra penutupan terminal Lebak bulus.
 Penutupan Terminal Lebak Bulus dan pengalihan bus antarkota dan antarprovinsi (AKAP) meresahkan para penghuni terminal. Terutama kalangan karyawan perusahaan bus yang bekerja di lapangan.

Mereka mengaku tidak siap dipindah ke tiga terminal pengalihan karena bakal bersaing mendapatkan penumpang dengan rekannya yang sudah lebih dulu merajai terminal. "Teman kami jadi lawan kami," kata Ombun Gunungsinaga, karyawan Perusahaan Otobus (PO) Safari Eka,meski satu perusahaan, akan muncul bentrokan kultural antarkaryawan PO.

"Kita jalan, ngelihat orang di sana saja sudah diteriakkin, 'apa lu!' Apalagi mau menarik penumpang, cari komisi. Mana mungkin dua majikan dalam satu lubang," kata pria asal Sumatera Utara ini.

Terlebih, berdasar pengalaman dia yang pernah bekerja di Terminal Pulogadung dan Tanjung Priok, Lebak Bulus adalah terminal yang paling ramah pengunjung. Di sana, penumpang bus tidak dilepas asal-asalan, tapi dilayani lebih baik. "Di terminal lain, penumpang cuma disuruh tunggu. Di sini kesantunannya beda, diantar sampai busnya."

Hotman Hutahayan dari PO Garuda Mas curhat hal yang sama. "Mereka di sana tidak akan menerima kami. Tidak mungkin dapur mereka kami usik," katanya. Sementara mereka kompak menyebut perusahaan tidak mau tahu. "Mereka tahunya di terminal ada pengurus."

Ombun menambahkan, perusahaan tidak akan bisa jadi penengah. "Secara formal mungkin perusahaan bisa menengahi. Tapi praktek di lapangan tidak akan bisa."

M. Noor, karyawan PO Sahabat Noor, juga khawatir soal persaingan mendapatkan penumpang, terutama jurusan Jawa Barat yang dilayani puluhan PO. "Rebutan penumpangnya parah. Akan ada sinisme di situ," dia menjelaskan. Ia pun mengamini soal pelayanan. "Soal kenyamanan penumpang, Terminal Lebak Bulus itu nomor satu se-Jabodetabek," kata pria yang sudah delapan tahun bekerja di terminal. Dia mengklaim tindak kejahatan di sana sangat minim. "Betul-betul kami jaga."

Noor menyebutkan ada 500-an karyawan yang punya kekhawatiran ini. Mereka berasal dari 87 PO bus. Per perusahaan setidaknya ada enam karyawan. Menurut dia, mereka adalah karyawan tetap, bukan calo. "Ini tidak ada hubungannya dengan calo."

Karyawan lapangan seperti mereka tidak mendapat gaji bulanan. Pendapatannya bergantung pada jumlah penumpang. Rata-rata per bulan penghasilannya bisa Rp 3 juta. Mereka ini sebagian besar pengunjuk rasa di terminal siang tadi. "Kalau sopir bus tidak terlalu merasakan dampak. Mereka demo untuk solidaritas saja," kata Noor.

Disinggung soal jumlah penumpang yang akan mengikuti perpindahan terminal, mereka menyebutkan hal itu tidak menjawab keresahan. Sebab, penumpang belum tentu mau pindah ke terminal pengalihan. "Kan banyak terminal bayangan. Di sana ada agen-agen juga," Hotman merujuk Ciledug dan Kebayoran Lama.

Karena itulah mereka minta pengalihan terminal jangan jauh-jauh. "Tapi yang dekat, seperti Ciputat, belum ada jawaban." Meski dekat, menurut dia, akses jalan masuk Terminal Ciputat tidak leluasa. "Jalannya sempit untuk bus besar. Bus bikin jalan macet."

Seperti diberitakan sebelumnya, mulai malam ini Terminal Lebak Bulus akan ditutup karena pembangunan mass rapid transit. Proyek ini antara lain berupa subway, angkutan bawah tanah yang menghubungkan Lebak Bulus dengan kawasan Dukuh Atas di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Bus-bus yang biasa beroperasi di sana akan dialihkan. Tujuan Jawa Barat ke Kampung Rambutan; Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur ke Pulogadung; dan antarpulau ke Kalideres.
·         Demo Bikin Penumpang Terlantar di Terminal Lebak Bulus
Menurut seorang karyawan Pengusaha Otobus (PO) Ramayana, Iwan (40), tutupnya loket penjualan tiket sebagai salah satu bentuk solidaritas terkait aksi unjuk rasa menuntut solusi Pemerintah Provinsi DKI dari upaya penutupan Terminal Lebak Bulus.
"Loket (penjualan tiket) bus luar kota memang tutup. Tidak ada yang jual tiket. Solidaritaslah.
Sejumlah penumpang mengaku kecewa atas penutupan loket tersebut. Penumpang yang telah tiba di Terminal Lebak Bulus ini terpaksa mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya.
pengguna setia terminal Lebak Bulus untuk menuju ke kampungnya di Cirebon, mengaku tidak mengetahui atas penutupan terminal ini. Ia menyayangkan peron penjualan tiket juga ikutan tutup. "Kalau begini kan susah lagi nyari busnya," ujar dia dengan wajah lesu.
Ia melanjutkan, dengan ditutupnya Terminal Lebak Bulus, maka para penumpang yang tinggal di sekitar Lebak Bulus akan menempuh jarak lebih jauh jika harus menuju terminal lain.
"Biasanya saya sama keluarga memang di sini, dekat soalnya. Kalau terminal lain, belum pernah. Lagian jauh juga, Mas, tadi dibilang ada Terminal Kalideres, Pulogadung, sama Kampung Rambutan," ujar Jatmiko.
Sekitar 300 pengguna fasilitas Terminal Lebak Bulus, termasuk kondektur, sopir, tukang parkir, kuli panggul, dan penjaga kios, melakukan aksi demonstrasi atas penutupan terminal untuk kepentingan stasiun Mass Rapid Transportation (MRT). Mereka meminta dipindahkan dan diberikan tempat baru selagi terminal ini digusur.
·         Para Penumpang Juga Tolak Penutupan Terminal Lebak Bulus
Sejak 4 Januari lalu, ratusan penumpang telah membubuhkan tanda tangan mereka di spanduk penolakan penghentian operasi bus AKAP di Terminal Lebak Bulus. Mereka keberatan jika harus menempuh Terminal Kalideres, Pulogadung, dan Kampung Rambutan, untuk bisa menggunakan bus AKAP.
"Jadi ini tanda tangan penumpang secara spontan. 4 Hari yang lalu pas mereka tahu ada pengumuman penutupan terminal ini," kata salah satu karyawan bus AKAP Terminal Lebak Bulus, Justin.
"Mereka mengatakan biasa naik dari Terminal Bulus ini sekarang dipindah ke Terminal Kalideres, Pulogadung, Kampung Rambutan. Mereka menolak karena jaraknya jauh," ucap Justin.
Dalam spanduknya, penumpang bus AKAP Terminal Lebak Bulus menuliskan: 'Kami atas nama penumpang pengguna jasa terminal Lebak Bulus menolak penutupan terminal AKAP Lebak bulus.'
Sementara itu, aksi penolakan terhadap rencana penutupan terminal Lebak Bulus dilakukan oleh sopir, kernet, dan karyawan terminal. Kurang lebih 300 pengunjuk rasa menggunakan atribut berlambangkan merah-putih. Dengan ikat kepala merah dan kaos berwarna putih.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, aksi masih terus berlanjut. Massa tak henti-hentinya para berteriak menolak penutupan Terminal Lebak Bulus.
·         Penutupan Terminal Lebak Bulus Diprotes, Kerja MRT Jalan Terus
penundaan penutupan Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, tidak memengaruhi pembangunan stasiun dipo mass rapid transit (MRT) secara keseluruhan. "Enggak bakal mengganggu, sudah kita hitung kok tadi," ujar Jokowi di Balaikota Jakarta.
Jokowi menyebutkan, penundaan penutupan terminal itu tidak terlalu lama. Dia telah mengutus Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menyampaikan sosialisasi kepada seluruh pekerja di terminal tersebut tentang pembangunan MRT. Menurutnya, sosialisasi sebelumnya tidak efektif.
"Semua harus lihat lapangannya. Yang paling penting itu, target pembangunan MRT harus tepat sesuai dengan jadwal," kata Jokowi.
Kendati demikian, Jokowi belum dapat memastikan kapan terminal tersebut ditutup. Ia berharap para pekerja dan warga yang mencari nafkah di terminal berubah sikap mendukung pembangunan dipo MRT.
Sementara itu, Direktur Utama PT MRT Jakarta Dono Boestomi mengatakan bahwa penutupan terminal tidak usah terlalu buru-buru dilaksanakan. Kini, PT MRT Jakarta akan fokus melaksanakan persiapan pembangunan, yakni meratakan jalan, memasukkan alat berat, mobilisasi konstruksi pondasi awal, dan sebagainya.
"Enggak pending. Kita akan coba siapin lain yang bisa dilakukan. Buat pagarnya saja enam bulan, setelah itu peralihan lalu lintas di sekitarnya, tapi tetap akan berlanjut," ujar Dono.
Penutupan Terminal Bus Lebak Bulus sedianya dilakukan pada Senin (6/1/2014). Namun, sopir dan awak bus serta warga yang mencari nafkah di terminal itu menuntut adanya solusi atas penutupan tersebut.
·         Jokowi Tunda Penutupan Terminal Lebak Bulus
Jokowi enggan menyebutkan alasan penundaan penutupan tersebut. Hari ini ratusan karyawan perusahaan otobus dan warga sekitar terminal itu berunjuk rasa menuntut solusi bagi pekerjaan mereka apabila terminal itu jadi ditutup pada Senin malam nanti. Jokowi berharap, dalam waktu dekat ini kondisi terminal tersebut berangsur kondusif.
Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Udar Pristono mengatakan, penutupan Terminal AKAP Lebak Bulus sangat berpengaruh dengan kelanjutan pembangunan depo mass rapid transit (MRT). Jika penutupan terminal ditunda, maka pelaksanaan proyek MRT pun tertunda.
"Proyek MRT ini kan besar, triliunan, jadi tidak bisa dilambat-lambatkan seperti itu, pasti rugi, maka akan dilanjutkan," ujarnya.
Kendati demikian, Pristono juga tidak dapat memastikan kapan Dishub DKI dapat menutup terminal tersebut secara permanen. Dishub DKI juga tidak bisa memenuhi permintaan pengunjuk rasa di terminal itu, yakni menunda penutupan hingga setelah perayaan hari raya Idul Fitri 2014.
Dishub DKI telah menetapkan pemindahan rute bus AKAP Lebak Bulus ke Terminal Kampung Rambutan, Terminal Kalideres, dan Terminal Pulogadung. "Sekalian penataan, jurusan Sumatera di Kalideres, Jawa Barat di Kampung Rambutan, Jawa Tengah dan Timur di Pulogadung. Nanti dari Pulogadung dipindahkan ke Pulogebang," kata Pristono.
Penutupan Terminal AKAP Lebak Bulus dilakukan untuk mendukung pembangunan MRT. Rencana penutupan terminal itu mendapat tentangan dari karyawan perusahaan bus dan warga yang mencari nafkah di terminal tersebut. Sejak 1 Januari 2014 hingga Senin pagi ini, sopir bus dan warga berunjuk rasa di dalam terminal tersebut.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar